|
Prasasti lain yang ditemukan di Ratu Boko adalah sebuah prasasti berbahasa Sansekerta-Jawa, dan sebuah inskripsi (tulisan singkat) pada lempengan emas.
Ratu Boko memiliki 3 buah tingkat, yang masing-masing dipisahkan dengan dinding batu dan benteng. Untuk mencapai tingkat pertama, kita harus melewati sebuah gerbang besar yang dibangun dalam 2 tahap. Di sebelah barat tingkat ini terdapat sebuah benteng atau Candi Batu Kapur (Temple of Limestone). Dinamakan Candi Batu Kapur kerana ia memang terbuat dari batu kapur. Jaraknya kira-kira 45 m dari gerbang pertama.
Tingkat kedua dan pertama dipisahkan oleh tembok andelit. Tingkat kedua ini dapat kita capai setelah melewati gerbang di paduraksa yang terdiri dari 3 pintu. Pintu yang lebih besar (Gerbang Utama) ada di tengah-tengah, diapit oleh dua buah gerbang yang lebih kecil.
Tingkat kedua dan ketiga di pisahkan oleh benteng batu kapur dan tembok andelit. Untuk masuk ke dalam tingkat ketiga, kita harus melewati 5 gerbang, dimana gerbang yang paling tengah lebih besar ukurannya bila dibandingkan dengan 4 gerbang lain yang mengapitnya.
Di tingkat ketiga (teras paling besar) lah terpusat sisa-sisa peninggalan. Di sini kita boleh menemukan antara lain Pendopo (Ruang Pertemuan). Pondasi pendopo ini berukuran panjang 20 m, lebar 20 m, dan tinggi 1,25 m, terletak di sebelah utara dari tingkat ini.
Sedangkan di sebelah selatan, kita akan menemukan pondasi Pringgitan, berukuran panjang 20 m, lebar 6 m, dan tinggi 1,25 m. Keduanya, pendopo dan pringgitan, dikelingi oleh sebuah pagar dengan panjang 40 m, lebar 36 m, dan tinggi 3 m. Pagar ini dilengkapi dengan 3 gerbang beratap di sebelah utara, selatan, dan di sebelah barat. Tiga buah tangga dibuat untuk mendaki sampai ke pondasi tersebut.
Di sebelah timur pendopo, terdapat Kompleks Kolam Pemandian yang dikelilingi oleh pagar empat persegi panjang. Kompleks ini terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 3 buah kolam berbentuk persegi empat. Dua di antaranya memanjang dari utara sampai selatan, dan keduanya dipisahkan oleh sebuah gerbang. Kelompok kedua terdiri dari 8 kolam bundar yang dibahagi dalam 3 baris.
Di tingkat ini, kita juga bisa melihat saki baki bangunan yang disebut Paseban (Ruang Resepsi) yang membujur dari utara ke selatan. Reruntuhan gerbang, pagar dan landaian juga terdapat di sini.
Selain itu, juga terdapat Keputren (Istana atau Tempat Tinggal Putri), dimana di dalamnya terdapat sebuah kolam persegi panjang berukuran 31 x 8 m2 yang dikelilingi oleh pagar. Pagar ini mempunyai 2 gerbang, masing-masing terletak di sebelah baratdaya dan timurlaut. Sekitar 60 m dari gerbang ini, kita bisa melihat reruntuhan batu-batuan, tapi kondisi lantainya masih baik. Dasarnya berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m.
Selain tempat-tempat tersebut, masih banyak reruntuhan yang bisa kita temukan di Ratu Boko, misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) berukuran panjang 3,5 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,5 m, serta sebuah gua yang berukuran lebih kecil lagi, Gua Perempuan (Female Cave).
Ratu Boko telah menghasilkan banyak sekali artifak, termasuk arca-arca, baik arca Hindu (Durga, Ganesha, Garuda, lingga, dan yoni), serta arca Buddha (tiga Dhyani Buddha yang belum selesai). Selain itu, juga ditemukan keramik dan beberapa prasasti.
Salah satu prasasti yang ditemukan adalah prasasti Siwagraha. Prasasti ini menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Kerena kalah perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki bukit Ratu Boko.
Di sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta, Walaupun tidak utuh, prasasti ini masih boleh dibaca. Isinya berkaitan dengan pendirian bangunan suci Awalokiteswara, salah satu Buddhisatwa dalam agama Buddha, khususnya aliran Mahayana. Dilihat dari bentuk hurufnya, prasasti-prasasti tersebut berasal dari abad ke-8 M.
Selain itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa Kuno dalam bentuk Syair Sansekerta. Dua di antaranya memuat tahun 778 Saka atau 856 M, yang berisi pendirian lingga Kerttiwasa dan lingga Triyambaka atas perintah Raja Kumbhaya. Sedangkan prasasti satunya lagi berisi pendirian lingga atas perintah Raja Kalasodbhawa. |
|
Ratu Boko kemungkinan dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra, yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monumen peninggalan zaman dahulu, Ratu Boko masih menyimpan misteri. Para sejarawan masih sulit mengindentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau candi. |
Misteri Ratu Boko yang Belum Terungkap
Walaupun begitu banyak dan beragamnya saki baki bangunan ditemukan di sana, sampai sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui. Ada yang percaya bahwa bahawa Ratu Boko merupakan biara, atau sebuah tempat beristirehat dan rekreasi.
Prasasti-prasasti yang ditemukan agak sulit untuk dijadikan sebagai sumber lengkap untuk mengetahui fungsi candi ini. Tulisan-tulisan yang ditemukan di sana hanya menunjukkan bahawa Ratu Boko ada di masa antara abad ke-8-9. Prasasti yang berasal dari abad ke-8 umumnya berisi pendirian bangunan suci Buddha, sedangkan abad ke-9 berisi tentang pendirian bangunan suci Hindu sekali. Tapi karena tidak ada prasasti yang secara eksplisit menyebutkan fungsi dari setiap bangunan yang ada, maka Ratu Boko masih menjadi misteri sampai sekarang.
|
Situs Ratu Boko adalah satu-satunya situs pemukiman masa klasik terbesar yang ditemukan dijawa, khususnya jawa bahagian tengah. Keistimewaan ini menjadikan Ratu Boko sebagai situs yang spesifik, masih banyak menyimpan misteri serta berbagai-bagai fenomena menarik untuk ditelusuri dan diungkap. Bermacam bentuk peninggalan purbakala terdapat di Situs Boko, dan banyak diantaranya memiliki bentuk berbeza dari yang terdapat di situs lain
|
|
Candi Boko lebih seperti sebuah keraton
PECAH KOTA RATU BOKO |
Penyair sejarah dinasti Song dengan tema peristiwa ,
Di kota pecah , hilang dan saki baki tembok-tembok ,
Sebuah sayap kelawar yang terpasang di kamar ular emas ,
Adam - Hawa dalam Islam manakala Uranus-Gaia dalam mitos Yunani ,
Diarsipkan di bawah puisi Ratu Boko ,
Sastera perang mendera khayal ,
Gemerincing di kaki langit ,
Bedil kraton Ratu Saba ,
Bila daku melangkah ke terowongan itu ,
Panahan Dewa Jawa "RATU SABA" berasal usul tuah "RATU BALQIS"
Mahkota delima batu pusar bumi ,
Kemegahan di bukit yang penuh kedamaian ,
Seingat daku bersama juntaian saudaraku ,
Benteng Kraton dan gua kami pelajari ,
Melalui kilometer berbelok juga ke Prambanan ,
Warna peninggalan perbakala yang diketemukan ,
Yang kutemui gapura , candi , kolam , gua , pagar dan alun-alun ,
Candi pembakaran serta paseban ,
Pendapo itu senja di pelataran ,
Balai-balai nusantara dan mancanegara seakan gugup ,
Yang menyerlah tiga candi kecil menari di depanku ,
Di hujung tenggara keputren dikenal dalam hikayat ,
Ku perangkap cinta di Gua Wadon panah arjuna ,
Ku fikir mengapa Gua Lanang penuh orang-orang dek Malioboro tapi tidak ,
Arca Buddha di balik Timur baunya memikat diabadikan di atas nama Ratu Boko ,
Ceritera lampau berkisah Prabu Boko di singgahsana Bali ,
Bukti tertua berangka tahun 792 ,
Prasasti Abhayagiriwihara dalam karya Tejahpurnpane Panamkorono ,
779 berkisah dalam Prasasti Kalasan membuka tirai Rakai Panangkaran ,
Prasasti Mantyasih 907 berikutan Prasasti Wanua Tengah III menyambung tahun 908 ,
Borobudur , Sewu dan Kalasan menjunjung Rakai Panangkaran ,
Benteng parajurit Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi ,
Putera Bungsu Rakai Pikatan ,
Aku melayari kota pecah ini dengan ibu jariku bahawa :
Rakai Kayuwangi ditakluk Rakai Walaing Puhuyaboni cicit laki-laki Sanjaya ,
Merasa bertuah dari sejarah agung Pramodharwani , Puteri Mahkota Samarotungga ,
Anak Dewa Buddha segala Buddha ,
Lalu menghilangkan waris Rakai Walaing yang nampak seksi dan mendung berburu di atas bintang seraya ,
Analisator sejarah mengaji letak candi ,
Baru aku lintas langsung dari pengkalan batu-batuan ,
Selama penelitiaan berjalan aku ke timur dari Candi Banyu Tibo ,
Candi Barong yang kuharap kini mekar kembang ,
Tidak pula semulia Candi Ijo di tengah perkebunan tebu ,
Aku bermeditasi di pusat pertemuan raja-raja ,
Kolam Taman Sari pemandian raja dan putri ,
Kononnya cerita di kolam mengindahkan rupa menjadi awet muda ,
Itulah tresna Sri Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya ,
Wangsa Sanjaya pengubat cinta kasih ''RTPA" kepada pecah kota Ratu Boko ,
Bakti, perwujudan hati nurani berupa cinta kasih dan sujud Tuhan, orang tua, guru dan pemerintah ,
Kisah sepetang disaksikan biri-biri lima belasan ,
Retak berkeping kota yang hancur dini hari ,
Ulah fikiran yang tak mungkin tersampai KRATON HILANG ITU AKAN KEMBALI...
(Baris-baris puisi diadaptasi dari jejak kembara Sri Ratu Saadong Vii di Candi Ratu Boko , Yogyakarta)
|
Pemandangan luar biasa indah . Mencari aura positif agar masuk ke dalam jiwa yang suci
Setelah kita memasuki gapura pertama kurang lebih 15 meter, kita akan melihat candi pembakaran yang terbuat dari batu putih yang berfungsi sebagai pembakaran mayat, dan Candi ini menghadap ke barat. Di sudut tenggara Candi Pembakaran terdapat salah satu telaga tua yang airnya mengandung misteri. Konon telaga ini bernama Amerta Mantana yang berarti Amerta (air ) Mantana ( mantra ) iaitu air suci yang sudah diberikan mantra atau doa , mitos air ini dapat berguna sesuai apa yang diinginkan dan sering dimanfaatkan untuk acara prosesi ritual antara lain pengambilan air suci untuk prosesi Tawur Agung Umat Hindu. Ditengah-tengah terdapat batur pendopo berbentuk segi empat berukuran 20 x 21 m dan tingginya 1,46 m tersusun dari baru andesit pada sisi utara timur dan barat, terdapat tangga naik yang tersusun dari batu andesit juga. Diatas permukaan batur Pendopo terdapat sejumlah umpak yang berjumlah 24 buah sedangkan permukaan batur Pringgitan terdapat umpak 12 buah. |
|
Dari puncak bukit kita bisa melihat pemandangan yang indah kerana dapat melihat dengan jelas Gunung Merapi yang selalu mengeluarkan asap dan terletak membelakangi Candi Prambanan dan Candi Sewu. |
|
Terdapat lebih banyak kolam di zon timur, juga terdapat sejumlah gua yang digali ke dalam batu. Dalam Gua Lanang terdapat tiga patung batu putih. Tangga menuju beberapa gua juga dipahat pada bukit batu. Sebuah patung Buddha turut ditemukan di bahagian ini. |
|
Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke8 pada masa Wangsa Syailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu)
|
|
Meskipun didirikan oleh seorang Budha, istana ini memiliki unsur-unsur Hindu. Itu dapat dilihat dengan adanya Lingga dan Yoni, arca Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya-karya terseniri. Memang, saat itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu |
|
Unsur Agama Hindu dan Budha tampak bercampurdi bangunan ini |
Begitu dekat dengan kompleks candi, terlihat banyak batuan-batuan yang sudah roboh dan berselerakan di sana. Itu terdapat di kawasan bawah candi. Hampir semua candi-candi kecil itu berserakan dan tidak berbentuk sama sekali. Apabila naik ke bahagian tengah mengikut kenyataan Putri Anis , sedikit lebih tinggi dan masih tinggal beberapa candi. Namun kebanyakan, juga sudah hancur lebur akibat perubahan zaman . Hanya candi di bahagian atas saja yang masih utuh dan lengkap. Inilah hasil pembongkaran pertama oleh Belanda yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia. Apakah candi-candi yang sudah roboh itu masih boleh didirikan semula bagi pelestarian sejarah untuk generasi hadapan ? Jika semua didirikan mungkin akan menelan belanja yang banyak dan perlu sokongan dari pelbagai pihak . Ada 224 buah candi yang ukurannya 6 meter luas dan 14 meter tinggi, ada 16 candi di kawasan tengah dan atas hingga jumlah keseluruhan 240 buah candi. Semoga keprihatinan pemerintah Indonesia ataupun pasukan penyelidik sejarah berjaya dan tidak mengeluh dalam memberikan perhatian untuk membangun objek sejarah ini menjadi lebih baik dan teratur bagi mengekalkan nilai-nilai budaya dan sejarah yang ada di sini .
|
Menurut mitos yang dipercaya masyarakat, Candi Boko merupakan kediaman Ratu Boko, yang diriwayatkan sebagai ayah Lara Jonggrang |
|
Zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung |
|
Putri Anis mengejar sunset di Candi Ratu Boko yang terindah di Asia Tenggara |
.