Monday, November 29, 2010

PARANGTRITIS SESEJUK MATA MEMANDANG

KISAH PANTAI PARANGTRITIS MENGHIBUR HATI SRI RATU SAADONG VII


Pantai Parangtritis merupakan salah satu pantai di Yogyakarta yang sangat terkenal dengan sejarah dan lagenda Ratu Pantai Selatan. Pantai ini tidak hanya terkenal di Indonesia akan tetapi sudah sampai ke persada dunia. Pantai Parangtritis terletak di Kabupaten Bantul, sekitar 25 kilometer dari Kota Yogyakarta ke arah selatan. Pantai ini sangat mudah dihubungkan kerana banyak sekali bas atau kenderaan yang beroperasi di jalan ini mahupun teksi yang sepanjang waktu bersedia menghantarkan para pelancong sampai ke tujuan yang dikehendaki termasuk Parangtritis. Selain jarak penghubung yang mudah di lokasi pelancongan, pantai ini juga banyak tersedia penginapan bagi para pelancong yang ingin menikmati keindahan pantai untuk waktu yang lebih lama. Penginapan yang tersedia tediri dari berbagai-bagai macam taraf, tergantung pada kemampuan kita . Di sepanjang jalan di sekitar pantai ini kita semua akan dengan mudah menjumpai penginapan- penginapan tersebut mahupun rumah- rumah makan yang menawarkann beraneka jenis menu mengikut selera masing-masing. Selam dua minggu di Yogyakarta , Putri Anis juga tidak ketinggalan menghabiskan waktu emasnya mengunjungi semua lokasi-lokasi sejarah yang berada di sekitar Prangtritis ini . Pelbagai kajian telah dilaksanakan terutama dalam mengetahui sejarah pantai ini agar minat mendalam orang ramai boleh terpancar bilamana menjejaki pantai tersebut .Beliau mengatakan inilah pantai yang paling membuat jiwanya tersentuh dan merasa bahagia berbanding sebelumnya kerana Putri Anis sememangnya tidak begitu menyukai pantai hanya terkadang bersama keluarganya di hujung minggu melihat pemandangan itupun cuma sebentar. Apabila melangkah di Parangtritis telah membuka matanya bahawa ada sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di sini . Dibongkarkan satu persatu sejarahnya akhirnya beliau pulang dengan sebuah kemanfaatan iaitu ''ilmu'' yang cukup luas umpama pantai yang terbentang luas . 


Terpaku dengan keindahan alam

Selain terkenal dengan keindahan pantainya , Parangtritis juga terkenal kerana digunakan sebagai tempat untuk pelaksanaan upacara ''sesaji'' atau puja pantai yang diadakan oleh keraton Yogyakarta tiap waktu tertentu. Upacara ini merupakan wujud syukur masyarakat Yogyakarta khusunya para nelayan atas ‘berkat laut kidul’ yang telah di berikan kepada mereka. Dalam upacara tersebut ,Parangtritis menjejaki petualang . Ini dilakukan seperti persembahan yang ditujukan kepada penguasa laut kidul iaitu Nyai Roro kidul yang di percayai oleh masyarakat Jawa telah memberikan kesejahteraan dan keselamatan dalam mencari rezeki di laut kidul . Sejauh mana kebenaran ini , wallah-hualam.

Suasana petang yang dibasahi hujan renyai-renyai
Pantai Parangtritis memanjang dari hujung timur yang dihadangi oleh tebing pergunungan ke arah barat hingga pantai- pantai selanjutnya iaitu Parangkusumo, Depok, dan sebagainya. Suasana pantai akan terlihat lebih indah ketika matahari terbenam (sunset) sehingga banyak para pelancong dari setiap pelusuk dunia yang rela untuk menunggu sampai petang atau senja untuk menyaksikan sunset di pantai ini. Memang hanya sunset yang boleh disaksikan dari pantai ini karena matahari terbit (sunrise) terhalang oleh pergunungan di sebelah timur Parangtritis.


Bersama adinda Putri Fifi menunggani kuda
Di Pantai Parangtritis ini ada kenderaan tradisional iaitu bendi (kereta yang di tarik oleh kuda) dan harganya jika mahu dibawa keliling hingga ke hujung pantai semuanya berjumlah rupiah 60ribu per orang. Kemudahan ini menawarkan jasa bagi para pelancong untuk menyusuri pantai dengan nyaman dari atas bendi tanpa harus merasa letih akibat berjalan kaki. Kawasan ini adalah larangan bagi pengunjung bermandi manda .Walau begitu masih kelihatan para pengunjung berenang di laut berbahaya ini hingga pernah kejadian orang lemas akibat terheret oleh ombak dan tenggelam di laut hingga tidak diketemui mayat mereka . Setelah puas menikmati keindahan pantai ini , Putri Anis juga telah membeli cenderahati berupa baju yang dicetak khusus ''Parangtritis''. Beliau juga sempat menuju ke pelelongan ikan di pantai Depok yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari Parangtritis. Selain membeli ikan segar, di sini juga kita boleh menikmati ikan bakar yang banyak tersedia di sekitar pantai Depok.


Sesekali melihat suasana pantai yang kadangkala menyeramkan


Pantai Parangtritis bukanlah hanya sekadar pantai biasa yang untuk tontonan umum bermandi-manda dan bersuka ria. Dengan bukit-bukit pasirnya, tebing berbatu, dan pasir yang membentang, tentu sahaja pantai ini menawarkan pemandangan yang indah sebagai tempat berekreasi. Namun, Pantai Parangtritis juga memiliki cerita sejarahnya yang cukup menarik tetapi kadangkala menyeramkan bila mendengarnya .Seperti yang telah diketahui oleh masyarakat setempat amnya orang-oarang Jawa , Pantai Parangtritis seringkali dihubungkan dengan kewujudan Kanjeng Ratu Kidul. Kanjeng Ratu Kidul dan Nyai Roro Kidul inilah yang dipercaya merupakan penguasa Laut Selatan. Pantai Parangtritis adalah tempat pertemuan Kanjeng Ratu Kidul dengan orang-orang yang dikehendakinya. Bahkan menurut keprcayaan setempat, mereka yang berpakaian dengan warna hijau, warna kesukaan Kanjeng Ratu Kidul, akan diambil oleh Laut Selatan untuk tinggal di Kerajaan Laut Selatan .Menurut lagenda turun temurun, Kanjeng Ratu Kidul menikah dengan salah satu Raja Mataram, Panembahan Senopati. Berkat hubungan sejarah yang erat dengan Keraton Jogja, sampai sekarang, di hari-hari tertentu, yang dinamakan ''Suro'' pada penanggalan Jawa, kerap kali dilakukan ''sesajian'' untuk menghormati Nyai Roro Kidul dan Kanjeng Ratu Kidul - baik oleh Keraton Jogja maupun masyarakat sekitar. Selain legenda dari Kanjeng Ratu Kidul, Nyai Roro Kidul sendiri mempunyai ceritanya sendiri.Ingin bertemu dengan Nyi Roro Kidul? Cuba sahaja bermeditasi sehari-semalam di Pantai Parangtritis, seperti yang telah disarankan oleh masyarakat sekitar. Namun tidak salah juga bila kita ke Pantai Parangtritis hanya sekadar menikmati keindahan alam semulajadi



Putri Anis menghirup udara segar di Pantai Parangtritis

Tarian aysik dua bersaudara

TEMASYA DI PARANGTRITIS

Lagenda Kanjeng Ratu Kidul ,
Sosok yang belum pernah aku temui ,
Hanya lewat bibir orang jawa dan naskhah di perpustakaan ,
Ratu Penguasa Laut Selatan empunya kisah ,
Singgah aku menghembus angin 27 kilometer dari dua jalur ,
Yang tak henti hujan renyai-renyai ,
Basah aku melalui Pojok Beteng Wetan ,
Ku tidak melewati terminal Umbulharjo dan Desa Siluk ,
Ziarah budaya Parangtritis menyambut bumi ,
Habitat sakral Parangtritis yang bernama Parang Kusuma ,
Pabila batuan di masa silam tengah hamparan pasir pantai ,
Bermulalah dengan nama watu gilang ,
Seingat aku Dataran tinggi Gambirowati laut lepas parangtritis ,
Aku menyusur Parangtritis ke arah Panggang dan Goa Langse sukacita ke perbukitan ,
Para olahraga layang gantung meloncat tata melodrama ,
Menghayati Gua pertapaan berwujud suatu lorong di bawah batu karang ,
Yang mulutnya menghadap ke laut lepas ,
Aku turun lembah bukit batu karang yang terjal ,
Berbatuan ku selinap melalui tangga dari tali dan bambu ,
Untuk itu dan bahkan lebih dibutuhkan keberanian unggul yang prima tak terbanding siapapun .

Walau hujan percik pada wajah ,
Aku tetap menyaksikan temasya mulut gua pada saat air laut pasang ,
Membujur kakiku ke makam Syeh Bela dekat bukit Pemancingan 
Wah , sungguh makam keramat pada selasa Kliwon ,
19 Oktober 2010 terkesima di Parangtritis memecah tragedi lampau ,
Sungguh demikian indahnya laut disaksikan bujukan gelora ,
Demikian juga tampak tenang air laut tapi hati tertanya penentangan bermandi-manda ,
Oh , pantasan bahaya atau wabah pantai ini dengan arusnya kuat memeking gegendang telinga ,
Tidak tenteram tapi mendamaikan istana iblis ,
Tebing berbatu ,bukit pasirnya rebah aku dalam pujuk rayu warna hijau ,
Kerajaan Laut Selatan aku berlari mengoncang atom-atom air ,
Salah seorang Raja Mataram , Penambahan Senopati ,
Cinta Hawa pada Adam , kasih Romeo pada Juliet , sayang Nabi Sulaiman pada Zulaikha dan betapa ikhlas Laila dan Majnun ,
Ingin aku bertemu Nyi Roru Kidul ,
Bilang orang bermeditasilah sehari semalam di Parangtritis namun pecut tafsiranku adalah tulus kalam Allah ,
Bertemu Kanjeng Ratu Kidul dalam hikayat Naga Lang Buana ,
Diakarang oleh Mahapatih Tun Sri Lanang , Raja Samalanga ,
Wallahualam .

Mengapa banyak korban di Parangtritis ?
Apakah kerana laut yang punya kecanggihan kuasa digital ombak ?
Aku fikir Dipokusumo majapahit telah menyumpah beratus tahun-tahun lalu ,
Mitos Parangtritis yakni kesatuan trimurti Gunung Merapi , Kraton Yogyakarta dan Parangtritis ,
Anak cucumu mula mengungkit sejarah ,
Ayuh Sunan Kali Jaga menampakkan wajah sedang ia dalam pertapaan ,
Senopati diingat agar rendah hati ,
Meskipun pengusa kendong kesaktian berjuta-juta ,
Pesona alam bervariasi menabur deburan maha luas di sebelah timur tebing tinggi ,
Aku menjelajahi Prangtritis lewat kuda kesepian yang dibawa dari negara Jepang ,
Penyewa jasa mengeluarkan kosa kata ,
Tiap bait-bait bicara direkam untuk kepastian akar umbi ,
Pandang ke kanan neutral pemandangan eksotik,
Pandang ke kiri bila sinar matahari mulai memerah ,
Senja memerangkap juru kunci Parangtritis ,
Hati mulai terdetik DIALAH ''bidadari Laut Selatan , Kanjeng Ratu Kidul"
Berjalan di atas air menerusi Gua Ratu Kidul menampakan sisinya ,
Subang goyang alis mata lentik ,
Hidung tak tertanggung lengkapnya bserta sayapnya seperti "Angel"
Lembut gemalai , santun bicara menyapa aku dalam ketenangan ,
Pantai alam terjun gunung ,
Anak di lembah pulang ke citra berawal percikan sesuci kejadian Sang Pencipta ,
Janjiku janjimu jua ,
Hatiku hatimu jua ,
Namun mengapa ada kasih antara kita ???
Yang benci tulus cinta kita .

Kencang laut tak pula mengharap ribut ,
Karma aku menyelusuri tinggalan pesaka nenek moyangku ,
Serap energi biar lumpuh saki baki setan nun di kerajaan Firaun abad 21 ,
Aku tiada payung terjun ,
Temasya Parangtritis berpaksikan kelembutan lidah ,
Tiap rangkap ku coretkan belum sempurna merambah tempat wisata lain ,
Saat angin kecil , saat itu telegram putus ,
Utusan burung murai bersekongkong amarah tenggiling ,
Ratu Kidul doamu ujung-ujungmnya langsung ku ikat ,
Jika tidak begini kapan lagi aku akan memulai ,
Entah esok usia aku tinggal 15 minit ,
Entah lusa umur aku berganti 20 jam ,
Rencana Tuhan mengatur dengan Bijaksana tanpa sedikit kecacatan ,
Yang aku cari di Parangtritis adalah temasya Ratu Kidul ,
Sebagai ole-ole buat aku pulang berjuang di kaki langit nan mendung ,
Sembah daulat Nyai Ratu ....!!!

(Ilham Nukilan Sri Ratu Saadong Vii , 19 Oktober 2010 .  Selangkah ke temasya Ratu Kidul bagaikan sejuta langkah terpancut kebahagiaan yang tersirat . Semoga ianya diabadikan dalam diri buat benteng semangat , Pantai Parangtritis , Yogyakarta - kisah lagenda Nyai Roru Kidul dengan salah seorang Raja Mataram mengukir sejarah )



Melewati Cepuri Parangkusumo
Panembahan Senopati dengan Ratu Kidul adalah mitos penguasa laut selatan. Cepuri merupakan tempat yang penting untuk acara yang bersifat adat dan spiritual contohnya acara ''sesaji''. Benda yang mahu dihanyutkan harus dimasukan ke Cepuri dan didoakan oleh para ''juru kunci'' sebelum benda tersebut dibuang ke laut. 
Para pengunjung tidak boleh sesuka hati keluar masuk wilayah petilasan Panembahan Senopati ini. Mereka diharuskan melepas alas kakinya sebelum memasuki wilayah Cepuri dan tidak boleh bising. Para pengunjung sebahagian besar adalah penziarah yang berasal dari berbagai-bagai daerah dan negara. Mereka datang dengan berbagai-bagai niat atau maksud tersendiri, ada dikalangan mereka yang ingin cepat dapat jodoh, ingin kaya, minta disegani orang dan sebagainya. Tapi menurut Putri Anis ,tempat ini bukan sebagai tempat pemujaan untuk hal demikian.Para pengunjung dinasihatkan bertemu dulu dengan para kunci di tempat ini sebelum memulakan sesuatu bukannya menyembah di batu tersebut yang sebnarnya menduakan Tuhan Maha Esa .Tempat yang dibuka setiap hari dan paling ramai pengunjungnya pada malam Selasa dan Jumaat kerana pada waktu ini masih menyimpan banyak misteri. Seperti yang telah dituturkan oleh pemimpin juru kunci Cepuri, banyak para penziarah mengalami tindakan luar kawalan seakan dirasuk. Sebahagian besar kerana mereka melanggar aturan dan mempunyai niat-niat yang tidak baik sebenarnya maka ditunjukan oleh Tuhan sedemikian rupa. Ini membuktikan kebesaran Tuhan dan sebagai isyarat untuk manusia agar tidak sombong serta tidak bersifat angkuh dengan nikmat Tuhan .




Setelah ke makan Syeh Bela Belu


Setelah menziarahi beberapa lokasi bersejarah yang berdekatan , Putri Anis berkenaan ke makam Syeh Bela Belu dan Damiakik. Menurut sejarah, Syeh Bela Belu merupakan anggota kerajaan Majapahit yang giat menyebarkan agama Islam . Sebagai ulama Bela Belu sering berpindah randah sebelum menetap di tempat ini hingga beliau meninggal dunia. Usia makam ini sama dengan usia makam Syeh Maghribi . Di tempat ini juga ditemukan arca Banteng dan arca Putri, yang tidak utuh lagi, dan diperkirakan berhubungan dengan makam.Makam ini terletak di atas Bukit Banteng, dicapai dengan tangga selebar 1,60 m dikelilingi pagar tembok setinggi 1,50m. Bangunan yang ada disini adalah tempat sesaji, tempat Juru kunci, gudang, dan tempat tarikat. Acara yang sering dilakukan di sini adalah ''Ziarah'' dan ''Tarikat Malam Satu Suro''. Pengelolaannya ditangani pihak Keraton Jogja .



Santapan gurami bakar 
Restoran tradisonal iaitu Rumah Makan Gudeg

Bahan dan resepi restoran ini untuk membuat Gudeg:
  • 1½ kg nangka muda
  • 1 sdm asam jawa
  • 2 sdm gula jawa
  • 6 lembar daun salam
  • 4 gelas santan
  • Garam secukupnya
  • minyak goreng secukupnya
Bumbu yang dihaluskan:
  • 8 butir bawang merah
  • 4 siung bawang putih
  • ½ sdt ketumbar, disangrai
  • ½ sdt jintan, disangrai
  • 10 butir kemiri


Cara Membuat:
  • Nangka muda diiris ukuran 4 cm lalu direbus dengan air secukupnya sampai matang, angkat dan tiriskan.
  • Larutkan asam jawa dan gula merah dengan sedikit air.
  • Panaskan minyak goreng, tumis bumbu yang sudah dihaluskan bersama daun salam, air gula merah dan air asam jawa.
  • Stelah harum, masukkan nangkanya, aduk rata, tambahkan garam secukupnya.
  • Terakhir, tuang santannya kemudian masak sampai mendidih dan santan agak mengental dan berminyak.
Untuk 5-6 orang.



Bersama para pekerja restoran


Salah satu restoran ukiran Jogja yang menarik perhatian pelancong

MENEROKA PUSAT PEMBUATAN SILVER DAN TEMBAGA

CETUSAN SILVER DAN TEMBAGA MENAMBAT HATI SRI RATU SAADONG VII


Kota Gede sangat terkenal dengan silver atau perak sehingga dijuluki dengan nama Kota Perak. Memang sejak dahulu bekas ibukota Kerajaan Mataram disebutkan di dalam sejarah sinonim dengan pembuatan peraknya. Bahkan kraftangan perak Kota Gede juga telah menembus pasar mancanegara. Sri Ratu Saadong Vii dalam lawatan sambil belajarnya juga telah berkenan melawat dan berbelanja ke Kota Gede ini. Perjalanan dimulai setelah makan siang . Kelihatan ratusan warga Kota Gede mengantungkan hidupnya dari usaha kraftangan Perak ini. Lihat saja, di sepanjang jalan utama di wilayah yang terletak 7 km arah tenggara pusat Kota Yogyakarta ini berjajar kedai-kedai yang menjajakan kerajinaan perak. Kata ‘perak’ dan ’silver’ tertera di kanan-kiri Jalan Kemasan, Jalan Mondorakan, hingga Jalan Tegalgendu.Sebelum tahun 1990-an hanya pengusaha perak yang berstatus besar saja yang membuka showroom-nya, seperti Tom Silver, MD Silver, HS Silver, Narti Silver dan sebagainya. Namun menginjak pertengahan 90-an, pengusaha kecil dan menengah mulai meramaikan bisnes perak ini. Banyak diantaranya yang sebelumnya bekerja sebagai pekerja kraftangan perak di perusahaan besar.Kota Gede terkenal dengan produknya yang unik, halus dan teliti dalam menggarap produk peraknya sehingga menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Ratusan jenis kraftangan perak dihasilkan, mulai dari cincin, giwang, keronsang, beca, kapal dan berbagai hiasan lainnya.Harga jual kraftangan perak Kota Gede bervariasi, mulai yang termurah kerongsang rata-rata Rp 10 ribu, cincin perak mulai harga Rp 100 ribu, beca Rp 250. Bahkan ada yang harganya mencapai puluhan juta rupiah tergantung tingkat kerumitan dan banyaknya bahan baku yang digunakan.Sekadar tips bila ingin membeli kraftangan perak di sini, jangan terburu membeli di satu kedai, sila para pengunjung bandingkan dulu dengan harga kedai lainnya. Mungkin kita boleh mendapatkan harga yang lebih jimat dan hemat serta hasil yang memuaskan .


Narti's Silver yang terletak di Kota Gede dan telah menjadi langganannya sebelum ini

Bentuk perhiasan dengan kadar 925 buatan tangan

Barang-barang cenderahati atau hiasan yang diperbuat dari Perak

Di kedai ini terdapat motif-motif rekacorak yang menggunakan bentuk-bentuk haiwan. Bagaimanapun motif-motif seperti ini tidaklah digambarkan dalam bentuk yang nyata. Kebanyakan bentuk binatang yang digunakan dalam rekacorak ukiran perak masyarakat Melayu ialah binatang ternakan seperti ayam dan burung. Disamping motif binatang terdapat juga motif serangga dalam rekacorak pertukangan perak ini.

Motif-motif binatang yang biasa digunakan ialah ; Gajah Burung Kuda Jari Lipan Ikan Belanak Rama-rama Patung-patung Kumbang Lalat/lebah.


Dibuat oleh tangan-tangan pengerajin perak di Kota Gede,

Cin-cin,anting,liontin kalung,gelang



Masyarakat yang mengenali seni pertukangan perak akan mengakui bahawa seni ukiran perak mempunyai keindahannya yang tersendiri. Keindahan yang dimaksudkan bukan pada seni rupa atau rekabentuk sesuatu ciptaan itu sahaja, malahan juga pada pengolahan satu-satu motif dalam rekacorak awan larat dan falsafah yang terselindung di sebaliknya mengikut daya imaginasi jiwa pencipta awan larat. Rekacorak dalam pertukangan perak merupakan ciri terpenting yang dikira dapat membezakan di antara rekacorak Melayu tradisi dengan rekacorak masyarakat lain di samping dapat menghuraikan segala aspek yang tertentu terhadap sejarah dan perkembangannya.

Motif dalam seni ukiran perak terbahagi kepada tiga iaitu motif bunga-bungaan, motif tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Motif Bunga-bungaan Jenis-jenis bunga yang selalu dijadikan motif dalam rekacorak pertukangan perak ialah:

Bunga Mentari
Bunga Padi
Bunga Kiambang
Bunga Senduduk
Bunga Teratai
Bunga Dahlia
Bunga Langsat
Bunga Mawar
Bunga Orkid
Bunga Kelambu
Bunga Manggis
Bunga Melur
Bunga Raya
Bunga Baling

Proses pembuatan silver secara ''live''
Proses membuat barang perak berbeza-beza, bergantung samada barang yang hendak dihasilkan itu kasar (besar) atau perhiasan halus. Barang kasar merangkumi kendi, tepak sirih, kaki lilin dan kotak borang kemas, cucuk sanggul, kerongsang, pin baju dan sebagainya. Manakala barang perhiasan termasuk cincin, gelang, rantai dan sumpamanya.


Prosesnya adalah seperti berikut;

Proses melebur adalah peringkat awal dalam kerja pertukangan perak. Perak mentah, berbentuk butir atau biji akan dipanaskan hingga cair atau di dalam acuan khas yang diperbuat besi penuang. Perak cair pada suhu 96 darjah celcius.


Perak yang cair itu dituang ke dalam acuan besi menuang. Besi menuang mempunyai dua bentuk iaitu yang berbentuk leper bagaikan pinggan dan yang membentuk dawai kasar. 
Proses yang paling rumit dalam pertukangan perak ialah proses pembentukan barang yang ingin dihasilkan, daripada kepingan, atau dawai atau gabungan kedua-duanya. Bentuk barang itu hendaklah seimbang dan rata atau melengkung dengan tekal. Jika barang peranggu (set) yang dihasilkan, barang-barang yang sepatutnya sama besar mestilah sama besar.
Untuk barang kasar, pertama, tukang perak membuat pasolan iaitu rangka barang itu dengan ukuran seperti yang dikehendaki. Pasolan dibuat daripada zink nipis atau kertas tebal. Kemudian, perak leper daripada acuan diketuk di atas andas kayu yang rata, berlubang atau berbonggol. Seringkali dua atau tiga kayu andas diperlukan untuk mendapatkan sesuatu bentuk yang direka. Barang kasar jarang yang dapat dibentuk daripada cuma sekeping perak, biasanya beberapa bahagian diperlukan. Bahagian-bahagian itu dibentuk secara berasingan dan kemudian dicantum dengan pateri. Sebelum dipateri, bahagian-bahagian itu dibersihkan daripada kotoran, terutama minyak yang boleh menjejaskan cantuman. Untuk barang perhiasan halus, tukang lebih sebabg bekerja dengan perak dawai. Penggunaan dawai juga mengurangkan kemungkinan pembaziran kerana perak logam yang mahal.


Barang kasar yang telah siap dibentuk, dikemaskan dengan corak hiasan dengan menggunakan 'teknik pahat' atau 'teknik tebuk' (gergaji). Kemudian barang itu dicuci dengan besi penggosok, dikikir dengan kikir halus dan dipelas dengan kertas pasir.



Proses yang terakhir ialah proses menggilap. Barang-barang perak digilap dengan menggunakan air sabun dan berus dawai tembaga halus untuk menghapuskan kekotoran yang berminyak dan seterusnya menyerikan barang itu. Banyak barang kraftangan perak dihasilkan atas tempahan khusus.


Putri Anis sedang memilih kerongsang untuk dibeli . Di sini terdapat 50% diskaun dengan harga rupiah 700ratus ribu  dan silvernya tidak akan luntur

Hasil perak yang sudah siap sebelum dipamerkan di tempat pasaran
Jika dahulu, golongan bangsawan dan pembesar negeri yang banyak membuat tempahan, sekarang tempat mereka telah diambil alih oleh usahawan di sektor pelancongan, terutama pengusaha perhotelan. Dengan perubahan gaya hidup masyarakat, selera pengguna juga berubah. Kini kraftangan perak telah dipelbagaikan kegunaannya. Banyak yang dijadikan cenderamata tetapi tidak kurang juga yang mempunyai kegunaan walaupun berbentuk perhiasan. Contohnya, penyangkut kelambu, cangkir, pinggan peranggu, kaki lilin, bekas abu rokok dan juga perhiasan diri seperti gelang dan rantai.


Bersama salah seorang pekerja di Narti's Silver

Dekorasi yang serba indah 

Proses pembuatan gelang perak




Selain di Yogyakarta dan sebagai menambah pengetahuan umum ,seni pertukangan perak merupakan salah satu daripada cabang kesenian orang Melayu yang amat terkenal di Negeri Kelantan. Kesenian perak ini dikatakan adalah agak baru jika dibandingkan dengan kesenian-kesenian ukiran yang lain. Kemahiran bertukang orang Melayu dipercayai memang sudah ada sejak zaman berzaman lagi, iaitu hasil pengaruh tamadun 'Hindu' yang memang terkenal dengan pertukangan barangan logam seperti tembaga dan emas. Dengan ini, perusahaan barang-barang perak ada kaitan rapat dengan bidang perusahaan emas dan tembaga kerana terdapat persamaan dari segi pembuatannya. Dari segi sejarah umumnya, didapati manusia mula menggunakan wang perak pada zaman 800 SM dan sejarah ukiran perak di Kepulauan Melayu pula muncul sejak dari zaman Sriwijaya lagi dan terus berkembang hingga ke daerah-daerah lain di nusantara. Ukiran perak seterusnya telah berkembang ke tahap industri kampung atau cottage industry apabila Inggeris datang ke Tanah Melayu pada abad ke 18 dan memajukan perusahaan ini.

Sunday, November 28, 2010

KISAH TAMAN SARI

Keindahan Taman Sari Keraton Yogyakarta


Pada awal pagi hari keempat berada di kota bersejarah Yogyakarta, Sri Ratu Saadong Vii ditemani oleh beberapa orang krew kebudayaan dari Yogyakarta menelusuri jalanan pusat kota untuk melihat kewujudan Taman Sari yang pernah diperkatakan di dalam sejarah Jawa Tengah . Dengan hujan renyai serta berpayung , rombongan dibawa makan tengahari di Restoran Dapur Samabal yang menyajikan beraneka jenis sambal seperti sambal belacan , sambal bilis , sambal tomato dan banyak lagi membuatkan semua kekenyangan dan berpuas hati dibawa ke situ kerana di restoran ini kita boleh mendapatkan makanan dan menu yang murah dan berpatutan . Sesudah itu mereka dibawa melewati kompleks keraton, dan seterusnya berpergian ke Taman Sari. Terdapat taman yang digelar oleh masyarakat turun temurun taman kekuasaan dan cinta yang mana ini tempat raja memilih selir, menyaksikan tarian dan memandang daerah kekuasaannya dari puncak Pulau Kenanga. Menurut Putri Anis beliau cintakan sejarah bukan kerana tempat yang didirikan itu cantik atau sebagainya tetapi melalui perjalanan sejarah beliau dapat mengembalikan keinsafan dan kebaikan di balik ketamadunan yang pernah wujud di dunia ini .Taman Sari sepertinya akan membangkitkan bermacam-macam perasaan. Mungkin anda yang berkunjung akan kagum, heran, hormat, gemas, atau entah apa lagi yang bakal muncul.Perjalanan dilanjutkan menuju panggung gapura, yang mana di bawahnya terhampar empat bangunan plus pelataran yang menurut Putri Anis menjadi tempat persembahan tari. Biasanya setelah mandi bersama selir, sultan menonton tarian dari atas gapura . Empat bangunan itu disebut gedung sekawan, tempat gamelan dimainkan.Tidak ketinggalan juga Putri Anis dibawa menziarahi Gapura Agung dan pemandian selir yang hanya sebahagian dari sekian banyak jejak yang menggambarkan bagaimana kekuasaan dan kisah cinta Raja Yogyakarta di masa itu. Azan Asar sempat berkumandang di cuping telinga para pengunjung .Di tengah lingkaran terdapat kolam tempat untuk mengambil air wudhu. Kemudian, mereka serombongan telah ke satu tempat yang tertutup bata telanjang. Ini jelas yang diterima daripada hasil kajian sejarawan yang mana ianya merupakan lorong yang kononnya boleh menembus pemandian Taman sari dan bahagian dalam keraton. Tapi ada juga yang mengatakan, lorong-lorong di situ boleh langsung membawa ke pantai selatan, saat Sri Sultan bertemu dengan Nyi Roro Kidul.Apa yang menggembirakan mereka adalah dibawa ke Pulau Kenanga . Disebut demikian karena bangunan ini yang sebahagian besar sudah runtuh , sebelumnya dikelilingi air. Secara keseluruhan, dulunya lokasi ini disebut Istana Air. Sisi lain Putri Anis diberitahu ianya juga pada saat tertentu menjadi tempat para abdi dalam yang membuat batik untuk keraton. Saat masih berfungsi, biasanya Sri Sultan berperahu menuju Pulau Kenanga, menyaksikan Yogyakarta dari ketinggian. Akhir sekali diharapkan Taman Sari ini kekal menjadi objek pelancongan yang senantiasa dikunjungi oleh setiap pelancong dari pelusuk dunia .


Sekilas pemandangan di pagi hari 
'' For i am like water
Following the path of least resistance
Through stagnant pools and rapids' rage
Like water
I will always find my way
To the sea ''

(a poem from Princess Anis)


Restoran Dapur Sambal
Salah satu sensasi makan sambal adalah rasa pedasnya. Orang sering berupaya menghilangkan rasa pedas dengan meminum air dingin, padahal cara tersebut kurang efektif.
Untuk mengurangi rasa pedas, cubalah rasai susu  sebagai makanan penutup. Khasiat susu akan melarutkan sehingga rasa pedasnya secara beransur-ansur menjadi berkurang. Rasa pedas juga dapat dihilangkan dengan mengunyah sekepal kecil nasi atau sepotong roti tawar hingga terasa manis.Gorengan yang lembab, seperti tempe goreng atau pisang goreng, perlahan-lahan juga dapat mengurangi rasa pedas di mulut. 
Hindari mengambil minuman ringan bersoda (soft drink) di kala kepedasan, apalagi minuman hangat. Langkah tersebut justeru akan makin menambah panas di bibir dan memperhebat rasa pedas.

Restoran yang menghidangkan pelbagai aneka resepi sambal

Sambal sesungguhnya merupakan bahan makanan kaya zat gizi. Cabai rawit yang merupakan komponen utama pembuatan cabai banyak mengandung vitamin C dan provitamin A, mengalahkan buah-buahan popular seperti mangga, nanas, betik, atau tembikai. Bahkan kadar mineralnya, terutama kalsium mengungguli ikan segar.

Hujan membasahi para pengunjung di Taman Sari menandakan perjalanan direstui
Taman Sari bererti taman yang indah. Sekitar 10 minit berjalan kaki dari Istana Sultan barat daya. Dibangun oleh Sultan Hamengku Bowono I tahun 1757. Dibangun dengan menggabungkan gaya Portugis dan Jawa. Taman Sari dahulu kala merupakan taman air yang indah dan mutakhir. Area antara tenggara taman sampai perempatan kota disebut Kampung Segaran yang dahulu kala terisi dengan air. Area ini sekarang dinamakan Suryoputran. Segaran berasal dari bahasa jawa yang berarti laut buatan. Setiap Sultan mengunjungi taman, Beliau kesana dengan mendayung perahu melewati jembatan gantung yang disebut Kreteg Gantung yang terletak didepan gerbang istana, wilayah utara atau selatan Kemandungan.



Keruntuhan dari bangunan yang menyambungkan dengan jembatan gantung masih dapat dilihat sampai sekarang. Disamping transportasi air ada juga jalan keluar bawah tanah atau lorong dari Kraton Yogyakarta menuju salah satu bangunan taman yang dinamakan Pasarean Ledok Sari. Taman sari dahulu selain dijadikan tempat bersantai dan hiburan juga merupakan tetapi juga merupakan sistem pertahanan yang unik. Sementara air tidak hanya untuk memperindah taman tetapi juga sebagai senjata rahsia menghindari bahaya. Ketika musuh menyerang, Sultan dan keluarganya melarikan diri melalui terowongan bawah tanah. Ketika semuanya sudah berada di tempat aman, Gerbang air akan terbuka dan air akan membanjiri musuh hingga tenggelam.


Kolam bersiram para gundik atau selir 
Taman Sari terbahagi menjadi 3 bahagian utama bangunan keramat, kolam pemandian, dan pulau kenanga(pulau cemeti). Bangunan keramat berupa bangunan tersendiri tempat sultan dan keluarga bersemadi. Kolam pemandian terdiri dari dua buah kolam yang dipisahkan bangunan bertingkat dan kelilingi tembok yang tinggi. Pada kolam terdapat pancuran berbentuk naga. Dari pancuran inilah keluarnya air untuk mengisi kolam. Disisi kolam terdapat bangunan menyerupai rumah yang mungkin digunakan sebelum atau setelah bersenang-senang di kolam pemandian.


Air yang memercik 

Pemilihan selir menurut pengawal di sana , dilakukan dengan cara melempar bunga dari atas menara yang memisahkan dua kolah pertama dan kolam peribadi sultan. Selir yang memperoleh bunga berarti mendapat giliran menemani raja. Cara ini dilakukan untuk keadilan dan menghindari kecemburuan. Para selir biasanya diambil dari abdi dalam, untuk mengangkat derajat mereka menjadi bangsawan.


Selir yang terpilih diajak masuk ke pemandian peribadi yang dilengkapi dengan ruang ganti sendiri dan satu ranjang besar yang unik. Di bawah ranjang boleh dibuatkan penghangat dengan menambah bara saat udara dingin. Jika tidak, ianya boleh digunakan untuk mengeluarkan wewangian.


Setelah selesai ritual di pemandian, raja akan berjalan ke Gapura Agung menyaksikan tari-tarian. Kemudian dilanjutkan ke Pulau Kenanga untuk melihat daerah kekuasaannya dari puncak tertinggi.




Salah satu kamar yang terdapat di Taman Sari


Seni ukiran yang tiada tandingan 


Putri Anis dan payungnya sedang berhenti sejenak setelah penat berjalan


Nyi Roro Kidul diilusikan dalam sebuah lukisan mewah karya salah seorang pelukis keraton Jogja

LAGENDA RATU KIDUL MENGIKUT PERSPEKTIF MASYARAKAT INDONESIA

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.

Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.

Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.

Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda

Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.

Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta

Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?

Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.

Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan.

Terowong dan bangunan tua


Masjid bawah tanah


Putri Anis bersama ahli filosofi


Cerita Tentang Pembangunan Pesanggrahan Taman Sari
Pada versi pertama diceritakan bahwa di Mancingan (suatu daerah di pantai selatan Yogyakarta) terdapat orang aneh yang tidak diketahui asal-usulnya. Masyarakat di daerah tersebut banyak yang menduga bahwa orang tersebut termasuk sebangsa jin atau penghuni hutan. Masyarakat beranggapan demikian karena orang tersebut menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh orang setempat.
Orang aneh tersebut kemudian dihadapkan kepada Sultan Hamengku Buwana II yang saat itu masih memerintah. Rupanya Sultan Hamengku Buwana II berkenan mengambil orang tersebut sebagai abdi. Setelah beberapa lama orang itu pun dapat berbahasa Jawa. Berdasarkan keterangannya ia mengaku sebagai orang Portugis yang dalam dialek Jawa sering disebut Portegis. Orang Portegis itu kemudian dijadikan sebagai abdi yang mengepalai pembuatan bangunan (semacam arsitek).
Sultan Hamengku Buwana II pun memerintahkan orang tersebut agar membuat benteng. Rupanya Sultan Hamengku Buwana II amat berkenan atas hasil kerjanya. Orang tersebut kemudian diberi kedudukan sebagai demang, maka orang itu pun terkenal dengan nama Demang Portegis atau Demang Tegis.

Demang Tegis inilah yang konon diperintahkan untuk membangun Pesanggrahan Taman Sari. Oleh karena itu pula bangunan Pesanggrahan Taman Sari menunjukkan unsur seni bangunan yang berasal dari Eropa (Portugis).
Menurut versi kedua diceritakan bahwa pada suatu ketika bupati Madiun yang waktu itu bernama raden Rangga Prawirasentika, yang telah banyak berjasa kepada Sultan Hamengku Buwana I memohon kepada beliau supaya dibebaskan dari kewajiban membayar pajak daerah yang selama ini dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun.
Bupati Madiun hanya menyanggupi bila ada permintaan-permintaan khusus Sultan Hemngku Buwana I untuk kelengkapan hiasan dan kemegahan keraton. Sultan Hamengku Buwana I pun mengabulkan permohonan itu.

Oleh Sultan Hamengku Buwana I Bupati Madiun diperintah untuk membuat gamelan Sekaten sebagai pelengkap dari gamelan Sekaten yang berasal dari Surakarta. Semula gamelan tersebut berjumlah satu pasang, tetapi oleh karena palihan nagari(1755) gamelan itu dibagi dua. Satu untuk Kasultanan Yogyakarta dan satu lagi untuk Kasunanan Surakarta.

Di samping itu, Sultan Hamengku Buwana I juga memerintahkan kepada Bupati Madiun untuk dibuatkan jempana 'tandu' sebagai kendaraan mempelai putri Sultan Hamengku Buwana I.

Pada tahun 1684 Raden Rangga Prawirasentika diperintahkan untuk membuat batu bata dan kelengakapannya sebagai persiapan untuk membangun pertamanan yang indahsebagai sarana untuk menenteramkan hati Sultan Hamengku Buwana I. Sultan menghendaki hal demikian karena baru saja menyelesaikan tugas berat (perang) yang berlangsung cukup lama. Keluarnya perintah Sultan Hamengku Buwana ditandai dengan sengkalan memet yang berbunyi Catur Naga Rasa Tunggal (1684).

Untuk pembuatan pertamanan/pesanggrahan itu atas perkenan Sultan Hemngku Buwana I dikepalai oleh Raden tumenggung Mangundipura dan dipimpin oleh K.P.H. Natakusuma, yang kemudian hari menjadi K.G.P.A.A. Paku Alam I (putra Sri Sultan dengan isteri selir yang bernama Bendara Raden Ayu Srenggara).

Pembuatan tempat peraduan dan bangunan urung-urung 'gorong-gorong' yang menuju keraton yang sering juga disebut Gua Siluman dilakukan pada tahun 1687 dan ditandai dengan candra sengkala Pujining Brahmana Ngobahake Pajungutan(1687). Sedangkan pembangunan pintu-pintu gerbang dan tembok selesai pada tahun 1691.

Selesainya pembuatan bangungan Pesanggrahan Taman Sari diberi tanda sengkalan memet yang berupa relief pepohonan yang berbunga dan sedang dihisap madunya oleh burung-burung. Sengkalan memet tersebut berbunyi Lajering Kembang Sinesep Peksi (1691).
Dalam versi kedua ini diceritakan bahwa Raden Rangga Prawirasentika tidak dapat menyelesaikan pembuatan bangunan Pesanggrahan taman Sari. Beliau menyatakan bahwa pembangunan tersebut justru dirasa lebih besar biayanya dibandingkan dengan penyampaian pajak setahun dua kali yang selama ini dilakukannya. Oleh karenaya belilau mohon berhenti pada Sultan dan diperkenankan. Sultan kemudian memerintahkan K.P.H. Natakusuma untuk menyelsaikan bangunan itu atas biaya yang ditanggung Sultan sendiri.

Pembangunan Pesanggrahan Taman Sari ini kono banyak melibatkan tenaga kerja tidak saja yang berasal dari sekitar Yogyakarta, tetapi juga dari Madiun, Kedu, Jipang, dan sebagainya.



 Masjid ini berbentuk lingkaran di tengah-tengahnya terdapat sumur bernama sumur Gumilang.

The Underground Mosque, also known as Sumur Gumuling", in the Taman Sari Complex of Yogyakarta was built upon a well and has, therefore, several unique architectural characteristics. Thu building is totally underground, surrounding the former well (sumur). There are four stairways above the well that direct to the center, forming a small stage. and another top stair leads to the second floor. These five stairways symbolize the Five Islamic Principles, the highest staircase referring to the compulsory pilgrimage to Mecca for all Muslims who can afford it. The Imam or leader of the prayer used to stand on the small stage formed by the set of stairways, taking advantage of the excellent acoustics of the building due to its circular shape.